Showing posts with label Budaya Sambas. Show all posts
Showing posts with label Budaya Sambas. Show all posts

Nyanggar adalah tradisi tahunan masyarakat Dusun Semayong Desa Sungai Kumpai Kalimantan Barat. Tradisi ini merupakan kearifan lokal masyarakat setempat yang hingga saat ini masih dilestarikan. Tradisi Nyanggar adalah ritual pemberian sesajen kepada roh leluhur atau dedemit yang mendiami hutan larangan atau disebut hutan sanggaran.

Koleksi pribadi

Tujuan dari ritual ini adalah untuk meminta kepada roh leluhur agar memberikan berkat, menjauhkan wabah penyakit dan hama yang dapat menganggu masyarakat dan pertanian mereka.

Tradisi Nyanggar rutin dilakukan setiap masa panen padi usai atau sebelum masa tanam padi dilakukan. Ritual ini digelar pada pagi hari sekitar pukul 07 WIB hingga pukul 09 pagi.

Sebelum pemberian sesajen kepada roh leluhur, warga terlebih dahulu berkumpul di rumah sang dukun untuk memberikan sumbangan berupa ketupat yang nantinya akan dijadikan sesajen. Selanjutnya, warga di rumah dukun akan dijamu dengan berbagai aneka kue dan ketupat. Setelah selesai, menikmati hidangan, warga dan dukun akan menuju hutan sanggaran untuk melaksanakan tradisi nyanggar ini.

Sebelum dilakukan ritual nyanggar, telah diutus sebelumnya beberapa orang untuk membuat tangga tempat diletakannya sesajen. Selanjutnya akan diutus dua orang untuk membawa sesajen utama dan ketupat. Sesajen utama berupa beras kuning, telur ayam, cucur, pisang, jodah, ketupat, nasi lemak, lilin dan lain-lain. Sementara ketupat  yang dibawa akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir di hutan sanggaran.

Di dalam ritual ini, akan dilakukan terlebih dahulu pemanggilan roh leluhur oleh sang dukun. Selanjutya peradi atau perantara masyarakat akan menyampaikan keluhan atau permintaan masyarakat kepada roh leluhur agar menjaga masyarakat dari bala, wabah penyakit, hama yang merusak padi maupun gangguan yang dapat menganggu ketentraman masyarakat.

Setelah roh leluhur menerima permintaan dan keluhan masyarakat, selanjutnya roh leluhur melalui badan sang dukun akan melakukan atraksi sebagai bentuk suka cita atas sesajen yang dipersembahkan. Setelah sang dukun kembali sadar, sang peradi akan menyampaikan pantangan dan larangan yang harus dipatuhi masyarakat. Pantangan tersebut berlaku minimal satu hari. Pantangan tersebut diantaranya; larangan membakar lahan, membuat asap atau api, menyembelih hewan, memasuki hutan dan menebang sagu.

Setelah larangan dan pantangan disampaikan, selanjutnya ritual ditutup dengan pembacaan doa dan dilanjutkan dengan menyantap ketupat di hutan sanggaran.

Tikar anyaman daun Lingsing atau Sekek adalah tikar tradisional yang dihasilkan dari tangan-tangan perempuan melayu di kabupaten Sambas. Bagi masyarakat melayu Sambas, tikar ini dikenal dengan nama Belungkur (Belungkur merupakan bahasa melayu tertua Sambas).



Untuk diketahui Linsing dan Sekek adalah bahan utama pembuatan tikar anyaman ini. Linsing memiliki bentuk daun kecil dan panjang, sisi daunnya tajam dan bisa melukai kulit. Ia hidup berumpun dan tidak berbatang. Sementara sekek, memiliki daun lebar dan panjang serta bediri. Ia memiliki batang yang biasanya menjuntai (tidak tegak).

Dalam pembuatan tikar anyaman ini memerlukan proses dan waktu yang cukup panjang. Hal pertama yang dilakukan adalah pengambilan daun, kemudian membuang duri atau sisi daun yang tajam. Selanjutnya daun dibelah menjadi dua atau tiga bagian. Setelah itu, daun harus direbus di dalam air hingga mendidih. Kemudian daun bisa dijemur hingga teksturnya lebih lembut dari sebelumnya. Semua proses di atas dilakukan agar memudahkan proses pengayaman.

Ada beberapa teknik pengayaman tikar tradisional ini, tapi akan dibahas pada postingan berikutnya hehe.

Kembali ke proses pembuatan tikar, setelah daunnya kering dan lembut , daun dapat dianyam. Untuk penjemuran juga tidak boleh terlalu lama, karena jika terlalu kering maka daun akan mudah rapuh dan putus saat dianyam.

Proses pengayaman tikar bisa berlangsung sekitar 2 hingga 3 minggu tergantung kecepatan si pengayam. Dan tikar yang dianyam juga memiliki beberapa jenis ukuran yaitu besar dan kecil. Untuk ukuran besar biasanya memiliki panjang 2 meter lebih dengan lebar 1 meter lebih. Sementara tikar ukuran kecil memiliki panjang sekitar 1 meter lebih dan lebar 1 meter.

Untuk kualitas tikar ini, jika baik perawatannya maka tikar ini bisa tahan lebih dari 5 tahun.

Untuk perawatannya, tikar ini tidak boleh disikat, jika dicuci sebaiknya disikat menggunakan kain. Jangan terlalu sering dicuci dengan air karena dapat mempengaruhi keawetan daun.

Dan yang paling penting, tikar ini aman dan nyaman. Cocok untuk dikenakan sebagai alas lantai di rumah, di bawa rekresi maupun dijadikan sajadah.

Tikar ini juga bisa dilipat, jadi bisa dimasukan di tas saat akan berekreasi.

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisinya sendiri yang unik dan sangat menarik untuk diketahui. Satu diantaranya adalah Desa Sungai Kumpai Dusun Semayong yang memiliki tradisi tahunan yang unik. Tradisi tersebut sudah berlangsung lama dan turun menurun dilakukan oleh warganya. Tradisi tersebut adalah “berkebun semangka” yang dilakukan setiap tahun diakhir musim panen padi.

 Masyarakat setempat memiliki tradisi berkebun semangka seusai musim panen padi dan sekaligus menjelang musim panas. Hal itu dilakukan mengingat tanaman semangka sangat rentan terhadap genangan air. Sehingga musim panen padi yang biasa dilakukan menjelang musim panas menjadi awal untuk persiapan berkebun semangka.

Pada sekitar tahun 90an, warga setempat membuka lahan tanah gambut sebagai lahan kebun semangka mereka. Namun sekitar 2002 hingga sekarang, lahan yang dibuka untuk kebun semangka bukan lagi lahan tanah gambut melainkan lahan bekas sawah padi. Peralihan lahan tersebut dikarenakan seusai berkebun semangka, lahan gambut tersebut akan ditanami pohon karet. Oleh karena itu, sekarang ini kebanyakan warga berkebun semangka dengan memanfaatkan lahan sawah padi yang sebelumnya sudah dibersihkan. Memang terdapat perbedaan kualitas buh antara di lahan gambut dengan lahan sawah yaitu pada umumnya semangka yang ditanam di tanah gambut menghasilkan buah yang lebih besar dan lebih manis dibandingkan lahan sawah yang memiliki tekstur tanah yang kering. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk melakukan tradisi tahunan ini. Bahkan hampir semua masyrakatnya yang semula dari lahan gambut bermigrasi ke lahan sawah padi.

Proses berkebun yang dilakukan ini memakan waktu yang lama yaitu sekitar enam bulan. Dalam waktu tersebut berbagai proses dilakukan yaitu pembibitan yang memakan waktu satu minggu, dilanjutkan dengan proses pembuatan “terumbu’’ atau bedengan yang dibentuk bulat, lalu diikuti penanaman, pembesaran terumbu, pemberian abu dan pupuk, dan terakhir penutupan terumbu dan penyemprotan hama. Setelah semua proses selesai dilakukan, tinggal menunggu waktu panen buah. Semua proses tersebut dilakukan secara manual dan menggunakan cara yang masih tradisional loh . Meskipun demikian, kualitas buah yang dihasilkan juga masih sangat bagus. Kualitas buah semangka dari Dusun Semayong ini memang diakui oleh daerah disekitarnya, termasuk Kota Sambas, maka tidak heran jika Semayong ini dikenal sebagai daerah penghasil buah semangka yang manis. Mengingat kualitas buah semangka yang tegolong bagus ini, maka sebaikanya pula diketahui cara tradisional yang dilakukan masyarakatnya dalam berkebun semangka ini.

 1. Pembibitan
Di mulai dari pembibitan yang bibit semangka (biji) dicuci terlebih dahulu, kemudian dibungkus dengan kain (terserah kain apa saja) dengan ukuran selebar 5 jari. Biji semangka yang akan dijadikan bibit tersebut harus dihitung jumlahnya. Hal itu dipandang perlu guna menyesuaikan dengan jumlah “terumbu’’ yang akan dibuat nanti. Biasanya satu “terumbu’’ memuat enam biji atau 10 biji.

2. Membuat terumbu
Proses selanjutnya adalah membuat terumbu. Pada umumnya bentuk terumbu semangka untuk penanaman biji berbentuk persegi. Setelah semangka tumbuh, maka terumbu tersebut yang awalnya persegi akan dibentuk secara perlahan menjadi bulat dan besar. Biasanya jumlah terumbu yang dibuat bervariasi yakni berkisar antara 20-100 terumbu. Semakin banyak terumbu yang dibuat semakain banyak pula nanti buah yang akan dipanen.


 3. Penanaman
Nah pada proses penanaman ini, terumbu yang sudah dibuat biasanya diberi abu. Lalu, abu tersebut dicampurkan dengan tanah (terumbu) tersebut. Selanjutkan bibit dan“paraden’’ (semacam racun hama agar bibit tidak dirusak hama/semut) dimasukan ke dalam tanah/terumbu yang sudah dilubangi (sekitar 3 atau lima lubang dengan asumsi 2 biji semangka per lubang). Setelah itu, ditutupi dengan tanah dan terumbu akan berbentuk persegi yang memiliki cekungan.

4. Pembesaran
terumbu Setelah semangka tumbuh, maka terumbu akan diperlebar sisinya. Saat inilah yang bentuk asalnya persegi diubah menjadi bulat. Di setiap pinggir terumbu akan digali dan dibentuk menjadi lingkaran/bulat. Pembesaran terumbu harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terkena akar tanaman semangka.

 5. Pemberian abu dan pupuk
Setelah pembesaran terumbu selesai dilakukan, tanahnya kembali digali untuk diberi abu dan pupuk. Abu tersebut diperoleh dari hasil membakar rumput, daun, atau kayu sisa pembersihan lahan. Penggalian tanah ini harus hati-hati agar tidak terkena akar semangka, karena saat itu akar semangka sudah mulai menyebar. Pupuk dan abu yang ditaburkan juga berada jauh dari akar semangka. Setelah proses pemberian pupuk dan abu selesai dilakukan, terumbu kembali dirapikan dan kembali ditaburi abu.

 6. Penutupan terumbu
Masyarakat setempat menyebut proses ini sebagai “nembok terumbu’’. Untuk proses ini, terumbu kembali digali dan diberi abu serta pupuk. Setelah itu, dilakukan penutupan terumbu semangka menggunakan lapisan akar pakis (pada lahan gambut) atau jerami padi (lahan sawah). Pada saat ini juga, semangka sudah mulai berbunga, nah agar semangka tetap tumbuh sehat, maka perlu dilakukan pula penyemprotan hama. Setelah semua proses tersebut dilakukan saatnya menunggu semangka berbuah. Pada saat semangka mulai berbuah, dan buahnya sebesar kepalan tangan, biasanya akan dipetik dan dijadikan sayuran. Saat berkebun semangka, diselingi juga dengan kebun lainnya seperti mentimun, dan kacang. Setelah buah semangka besar, maka untuk mengenal buah yang sudah matang adalah melalui tangkainya. Di dekat tangkainya terdapat seperti akar yang keriting (ga tau namanya), jika mengering maka dipastikan buah semangka sudah matang. Kemudian cara kedua adalah dengan memukulkan jari ke buah semangka tersebut. Biasanya buah semangka matang secara bersamaan, jadi tinggal lihat apakah tangkainya sudah mengering atau belum 

Setiap suku atau etnis di Indonesia memiliki panggilan khusus kepada anggota keluarganya. Di mulai dari cara memanggil ayah /ibu dengan menyebut ‘’Papa, bapak, abah, babe atau bokap (Bahasa Gaol Jakarte)/Mama, Mami, Nyokap, Enyak, ummi, bunda dan sebagainya’’.
Selain itu untuk memanggil saudara kandung di dalam sebuah keluarga juga memiliki sebutan khusus seperti pada masyarakat jawa misalnya Mas untuk menyebut saudara laki-laki, atau di masyarakat Sunda dengan panggilan Aa atau juga di masyarakat Tionghoa dengan panggilan Koko.
Nah di masyarakat melayu Kabupaten Sambas ini ternyata juga memiliki panggilan khusus loh. Lebih lengkapnya di simak di bawah ini deh

Di dalam adat/ budaya masyarakat melayu Kabupaten Sambas, ketika seorang anak memanggil orang tuanya yaitu ayah/bapak, pada umumnya ada dua panggilan yang digunakan yaitu Ayah (Sama dengan yang terdapat di Bahasa Indonesia) dan Apak ( asal kata dari Bapak). Sementara untuk ibu, biasanya hanya satu yaitu ‘’umak’’, kalau bahasa melayu lainnya Emak (Bahasa Melayu Pontianak). Sementara untuk memanggil kakak perempuan atau laki-laki di dalam masyarakat melayu Kab. Sambas juga menggunakan sebutan/panggilan khusus. Panggilan tersebut memiliki persamaan dengan masyarakat melayu Malaysia.
Di bawah ini daftar panggilan untuk saudara perempuan/laki kandung di dalam sebuah keluarga mulai dari urutan yang pertama hingga akhir.

- Kakak = Panggilan untuk semua saudara kandung perempuan/ sebutan untuk perempuan dewasa
- Abang = Panggilan untuk semua saudara kandung laki-laki/ sebutan untuk laki-laki dewasa
Dari yang pertama hingga paling terakhir/bungsu
• Along = Panggilan untuk anak yang pertama/ sulung. Contoh Kak Long, Bang Long, Pak Long (Paman ), Mak Long ( Bibi).
Kata ‘’Along’’ juga digunakan ketika menyapa seseorang yang lebih tua dari kita, meskipun orang tersebut tidak memiliki pertalian darah dengan kita. Misalnya menyapa seseorang tetangga yang sedang di dalam perjalanan menuju sawah : ‘’Kemana long?’’
Di dalam masyarakat melayu Sambas,  ketika kita berpapasan/bertemu seseorang di jalan biasanya diharuskan untuk menyapanya. Meskipun kita sudah tahu arah yang di tuju oleh orang tersebut. Jika tidak menyapa maka kita akan dianggap sombong dan hal tersebut berpengaruh terhadap kehidupan di dalam masyarakat tersebut. Sebagai contoh : Mau pergi ke pasar ya long?’’
Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya juga , hal tersebut sudah menjadi hal yang lumrah dan inilah menjadi keunikan dari adat/budaya masyarakat melayu Sambas.
 • Angah = Panggilan ini untuk anak yang kedua. Panggilan ini juga berlaku pada contoh point pertama ‘’along’’.
• Ude = Panggilan ini berlaku untuk anak yang ketiga.
• Acik = panggilan ini berlaku untuk anak yang ke empat.
• Andah = Panggilan ini berlaku untuk anak yang ke lima
• Atam = Panggilan ini berlaku untuk anak yang ke enam
• Uning = Panggilan ini berlaku untuk anak yang ke tujuh
• Udak = Panggilan ini berlaku untuk anak yang ke delapan
• Usu = Panggilan ini berlaku untuk anak yang paling bungsu.
Selain panggilan yang telah disebutkan di atas. Ada beberapa panggilan lainnya misalnya
 • Anjang = panggilan ini berlaku untuk anak yang memiliki fisik panjang
• Amok = panggilan ini berlaku untuk anak yang memiliki fisik gemuk.
Terlepas dari itu, panggilan ‘’andah, atam,uning, anjang, atau juga amok’’ bisa mengalami perubahan, tergantung dari jumlah keluarga tersebut. Namun untuk kata ‘’Along, angah, ude, acik’’ tetap pada fungsinya yaitu berlaku untuk anak yang pertama hingga ke empat.
Sementara ‘’Udak/adak’’ hanya berlaku untuk seseorang yang berada di atas anak paling bungsu dengan kata lain kakak atau abang si bungsu. 

 Demikianlah penggilan terhadap saudara yang terdapat di dalam masyarakat melayu Kabupaten Sambas. Semoga artikel sederhana ini bisa menambah wawasan anda terhadap budaya masyarakat melayu Kabupaten Sambas- Kalimantan Barat.


Kabupaten Sambas yang terdiri dari beragam suku dan agama memiliki tradisi yang unik. Satu diantaranya adalah tradisi dari masyarakat Melayu Sambas yakni Sedekah Nasi atau lebih sering dikenal oleh masyarakat dengan nama ‘’Ruahan Nasi’’ atau ‘’Sya’banan’’. (Baca disini)

 Tradisi Sedekah Nasi ini dilakukan oleh masyarakat melayu Sambas setiap bulan Sya’ban. Pada tradisi ini, sebuah keluarga (satu rumah) akan mengadakan acara makan siang, atau sore dengan mengundang anggota keluarganya baik yang dekat maupun jauh dan para tetangganya. Acara makan tersebut dilakukan secara Saprahan yang merupakan ciri khas suatu acara yang bersifat religius masyarakat melayu Sambas. Seperti acara sunatan, pernikahan, tepung tawar, antar uang, dan termasuk Sya’banan ini.

Biasanya tradisi Sedekah Nasi ini dilakukan oleh semua orang, namun besar kecilnya acara tersebut tergantung dari ekonomi yang dimiliki oleh orang tersebut. Biasanya sebuah keluarga yang memiliki budjet besar mengadakan tradisi Sedekah Nasi ini lebih besar porsinya (jumlah saprahan atau jumlah hidangan yang akan disuguhkan kepada tetangga yang diundang) dan mengundang banyak warga. Patokan dalam menentukan porsi hidangan yang akan disuguhkan adalah Saprahan. Satu saprahan biasanya mencapai 6 orang. Biasanya masyarakat mengadakan Sedekah Nasi ini 10 atau 20 saprah bahkan lebih, tergantung dari budjet masing-masing. Sementara untuk budjetnya kecil, biasanya cukup mengundang seseorang yang dianggap ahli dalam agama untuk membacakan do’a pada acara Sedekah Nasi tersebut. Terlepas itu semua, tradisi Sedekah Nasi ini sudah berlangsung lama, namun belum ada catatan pasti kapan tradisi ini mulai dilakukan.

Selain Sedekah Nasi, tradisi yang dilakukan di bulan Sya’ban ini adalah tradisi berziarah ke Kuburan yang disertai dengan bersih-bersih kubur atau pemakaman. Secara gotong royong, masyarakat membersihkan kuburan dari rumput-rumput liar. Tak lupa pula setelah dibersihkan, peziarah membacakan do’a dan menaburkan daun pandan diatas makam atau kuburan keluarganya.

Gambar Belale' (Deptan)
Belalee' adalah satu diantara tradisi di Kabupaten Sambas yang masih berlaku hingga hari ini. Tradisi tersebut lazimnya dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani padi. Tidak diketahui pasti kapan tradisi tersebut mulai dilakukan, namun berdasarkan cerita orang-orang tua tradisi ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu.

Hampir semua daerah di Kabupaten Sambas yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani padi melakukan tradisi Belale'. Tradisi ini merupakan bagian dari unsur gotong royong. Pada tradisi ini biasanya masyarakat terutama kaum perempuannya mengajak yang memiliki sawah padi mengajak beberapa orang wanita yang juga petani untuk ikut menanam padi, atau membersihkan lahan atau pula menuai padi. Ajakan tersebut disanggupi oleh petani lainnya tanpa bayaran materi. Namun imbalannya adalah mengerjakan atau ikut dalam kegiatan menanam padi, membersihkan lahan, maupun menuai pada sawah petani yang sudah diajak ikut ''belale' tersebut.

Sistem belale' memiliki kesamaan dengan sistem Arisan, namun yang membedakan adalah bentuk dari kegiatan yang dilakukan tersebut. Meskipun demikian, nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan ikut tertanam dalam tradisi ini. Tradisi Belale' ini biasanya dilakukan pada waktu akan menanam padi, saat padi sudah tumbuh yang diikuti dengan membersihkan lahan dari rumput liar dalam bahasa Sambasnya disebut ''Merumput'' atau menuai padi yang dalam bahasa sambasnya disebut ''Beranyi''.

Waktu pelaksanaannya biasanya lebih sering dilakukan pada siang hingga sore hari yaitu untuk jarak sawahnya jauh dari rumah biasanya dimulai dari jam 1 hingga 4 sore, tetapi jikalau lokasi sawahnya dekat dengan tempat tinggal biasanya dimulai setengah dua hingga pukul setengah 5 atau pukul lima. Tradisi Belale ini dilakukan meskipun cuaca panas atau hujan, kecuali jika cuaca sangat ekstrim seperti petir, maka petani akan istrirahat sebentar. Namun apa bila cuaca kembali normal,aktivitas Belale' kembali dilakukan.

Tradisi Belale' ini hanya berlaku didesa-desa Kabupaten Sambas yang berprofesi sebagai petani. Biasanya selama aktivitas Belale' itu dilakukan diselingi dengan canda tawa para petani. Tidak ada rasa lelah maupun keluhan karena aktivitas tersebut dilakukan berdasarkan rasa kebersamaan. Biasanya pelaksanaan tradisi Belale' berdasarkan urutan, jika hari Senin adalah giliran A, maka berikutnya bisa giliran B atau C sesuai kesepakatan bersama. Tradisi Belale ini bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Tapi biasanya jumlahnya tidak melebihi dari 10 orang.

Salam Blogger

Antar Ajong adalah adalah suatu adat upacara ritual yaitu upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Sementara waktu pelaksanaan Antar Ajong ini biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar Juni atau Juli di kecamatan Paloh terutama di Tanah Hitam atau Arung Parak.



Sumber foto dari Disporabudpar Sambas
Biasanya sebelum di adakan ritual Antar Ajong ini, malam nya sebelum hari H, di adakan juga ritual - ritual lain nya yang entah apa namanya, biasanya pembacaan doa - doa dan persiapan untuk besok nya. Untuk ukuran badan perahu biasanya bervariasi dengan lebar 20 cm - 40 cm dan panjang 1,5 m - 4 m. Kain yang dibuat sebagai layarnya sering tampil dalam berbagai warna tapi lebih didominasi oleh warna putih dan kuning. Badan perahu diberi warna cat bebas dengan variasi gambar ukiran khas sambas.
Nah pada saat acara pelepasan, beberapa orang yang di tunjuk memegang perahu tersebut dan membawanya ke laut dan menghanyutkan nya. Ritual adat ini berlansung setiap satu tahun sekali. Biasanya ritual adat ini banyak menarik pengunjung dari berbagai tempat dan Antar Ajong ini merupakan ajang menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kabupaten Sambas.
Mungkin ada yang tertarik untuk menyaksikan ritual adat ini bisa datang ke Sambas, kecamatan paloh pada khususnya. Dan hanya bisa melalui kendaraan darat bukan udara.

Salam Blogger!

Salam Blogger!
Kali ini memposting artikel salah satu pesona budaya yang terdapat di kabupaten Sambas, budaya tersebut sepertinya sudah hilang kewujudannya di Kabupaten Sambas, karena tidak adanya generasi penerus untuk meneruskan budaya tersebut. Seperti apakah budaya tersebut? Silakan ke bawah ini aja

Bedande’ merupakan bentuk teater tradisional tertua setelah Mendu, sebelum ma’yong. Isi ceritany menyangkut Puteri Sultan Brunai Dayangku Dande’ yang menjalin hubungan dengan orang kayangan yang bernama Mambang Kuning yang kemudian melahirkan Raja Alam ( Segantar Alam ). Versi ini terdapat di Selakau sementara versi lain nya terdapat di Santalek, kecmatan Sejangkung. Penutur dari Sentalek bernama Syar’ie yang lebih di akrab di panggil Tam Ri’ie menurut beliau gurunya bernama bujang asal serunai. Cerita yang dituturkan sebanyak 7 episode yang merupakan cerita bersambung. Apa bila pak Itam bedande’ menceritakan kisahnya bisa menghabiskan waktu lebih kurang 15 malam (dimulai jam 7 malam sampai jam 12 malam ), namun kini pak Itam telah tiada dan tiada pula penerusnya.

Artikel di atas semuanya di ambil dari brosur “ Pesona Budaya Kabupaten Sambas “ yang saya ambil sendiri ketika Pameran Expo beberapa waktu yang lalu. Bedande’ itu sepertinya lebih ke bercerita atau berdongeng, seringkali saya mendengar kata bedande’ dari pada orang – orang tua tapi masih belum tau arti yang sebenarnya.

Salam Blogger!

Salam Blogger!

Adat istiadat " Bepallam ", "Betangas " di lakukan sebelum hari H acara pernikahan. Kedua adat istiadat tersebut di lakukan secara berurutan yang di mulai dari " Bepallam ". Selain "Bepallam " dan " Betangas " ada tradisi yang di lakukan sebelum hari H nya acara pernikahan yaitu " Molah Tarup ". Tradisi tersebut lebih banyak di lakukan oleh pihak keluarga calon pengantin perempuan. Sementara " Antar Uang " ini di lakukan oleh pihak keluarga calon pengantin laki - laki.

Antar Uang adalah adat istiadat yang dilakukan sebelum acara pernikahan berlansung, sekitar dua hari atau tiga hari. Antar Uang ini hampir sama dengan acara pernikahan atau acara tepung tawar, yang mana ada hari Buat Bumbu, hari Motong dan hari Pupus (Baca Tepung Tawar ). Sudah menjadi adat istiadat nya masyarakat melayu Sambas bahwa ketika ada acara seperti ini, tamu yang di undang untuk hadir haruslah membawa Pakatan. Biasanya setelah acara selesai, pihak keluarga beserta tetangga atau tokoh - tokoh masyarakat seperti pak Kades, ketua RW, ketua RT, berkumpul bersama keluarga dari pihak laki - laki di rumah calon pengantin laki - laki. Saat itu lah seperti diskusi di lakukan karena pada hari tersebut barang - barang antaran ( pinangan ) akan di bawa lansung kerumah calon pengantin perempuan.

Sementara di belah pihak calon pengantin perempuan, mereka sudah menyajikan beberapa hidangan untuk menyambut kedatangan rombongan pihak keluarga calon pengantin laki - laki yang rombongan tersebut adalah Kepala Desa, pak RT, Lurah serta keluarga calon pengantin laki - laki. Sekadar catatan bahwa sebelum menjalankan adat istiadat Antar Uang kedua calon pengantin itu sudah di ijab kabul kan atau sudah di nikahkan secara sah menurut agama Islam.
Pihak calon pengantin laki - laki yang mendatangi rumah calon pengantin perempuan ini membawa seperangkat alat shalat, perlengkapan diri seperti pakaian, sabun dan sebagainya, serta cincin.

Jika pihak keluarga calon pengantin laki - laki sudah memasuki rumah calon pengantin perempuan maka mereka di persilakan duduk. Sebelum nya pihak keluarga calon pengantin laki - laki melontarkan pantun yang kemudian pantun tersebut harus di jawab oleh pihak keluarga pengantin perempuan. Setelah selesai berpantun, baru lah pihak keluarga calon pengantin laki - laki menjelaskan perihal kedatangan mereka serta barang - barang yang mereka bawa untuk di berikan ke pada calon pengantin perempuan. Pembacaan nama - nama barang itu menggunakan Speaker sehingga tetangga bisa mendengar nya juga. Biasanya rumah calon pengantin perempuan penuh dengan warga yang berdatangan untuk menyambut pihak keluarga calon pengantin laki laki.


Setelah acara selesai, selang dua hari akan di lansungkan adat istiadat yaitu " nurunkan pengantin " yang di lakukan pas hari H nya acara pernikahan. Yang melakukan adat "Nurunkan pengantin " ini adalah dari pihak laki - laki yang lansung membawa barang - barang yang pada saat antar uang, barang tersebut sengaja tidak d bawa. Biasanya beras 20 Kg, beserta Koper nya yang berisi pakaian pengantin laki - laki. Sebelum keluar dari rumah tidak lupa membaca Shalawat serta di taburkan nya beras kuning.



Salam Blogger!


Salam Blogger!

Adat istiadat yang ada di masyarakat melayu kabupaten Sambas mempunyai keunikan tersendiri, adat, tradisi serta budaya itu masih berkembang sampai sekarang ini. Salah satu adat istiadat yang masih dilaksanakan itu adalah adat istiadat sebelum pernikahan yang di sebut " Bepallam ". Selain itu ada juga adat istiadat yang di lakukan setelah "Bepallam ". Adat istiadat itu akan di urai kan di bawah ini :

Setelah melaksanakan " Bepallam " maka calon pengantin akan melaksanakan ritual " Betangas ". Adat ini di lakukan di hari ketiga " Bepallam ".
"Betangas " adalah adat istiadat yaitu membersihkan tubuh dengan air hangat yang di sertai dengan wewangian. Air itu di rebus bersama daun serai yang kemudian air itu di campur dengan air dingin baru kemudian di siramkan ke seluruh tubuh. Ketika membersihkan tubuh dengan air hangat beserta daun serai tersebut, daun serai tersebut di gosok - gosokan ke bagian tangan atau kulit tubuh agar kotoran yang menempel hilang dari tubuh. Setelah selesai menyiramkan air hangat keseluruh tubuh,maka calon pengantin tersebut di minta untuk berjongkok yang kemudian di tutup dengan tikar yang di bentuk menjadi gulungan yang kemudian tikar tersebut di atas nya di tutup dengan kain sehingga sehabis mandi. Fungsinya adalah agar kulit tersebut menguapkan bau tubuh yang kurang sedap sehingga tubuh sang calon pengantin menjadi harum.

Adapun adat istiadat ini khasiat nya atau hikmah nya hampir sama dengan bepallam yaitu menjaga kulit sang calon pengantin agar tidak terlihat kusam, menambah aura agar ketika di hari persandingan kulit dan wajah calon pengantin ini terlihat berseri seri. Mungkin di jaman modern ini terutama untuk masyarakat di kota - kota besar mereka lebih memilih kesalon untuk perawatan. Namun untuk beberapa daerah adat istiadat yang di lakukan secara tidak lansung menjadi "salon " buat perawatan kulit sebelum melansungkan acara pernikahan.
Selain betangas ada juga adat istiadat lain nya yang di lakukan yaitu antar pinang atau antar uang yang di lakukan dua hari atau lebih sebelum acara pernikahan di lansungkan. Dan adat istiadat ini akan di bahas pada postingan selanjut nya.


Salam Blogger!

Salam Blogger!

Beberapa daerah memiliki adat istiadat yang unik, masing - masing daerah itu memiliki adat istiadat nya tersendiri, adat istiadat itu biasanya sudah ada sejak dahulu. Adat istiadat itu biasanya adat ketika menyambut kelahiran anak, pernikahan, panen padi dan sebagai nya.

Di kabupaten Sambas memiliki adat istiadat yang unik, yaitu adat istiadat yang di lakukan sebelum acara pernikahan. Adat istiadat ini di Sebut " Bepallam ".
Kata " Bepallam " memiliki kata dasar " Pallam " yang artinya di simpan atau di taruh pada suatu tempat yang orang lain tidak tau kebaradaan nya dalam waktu yang cukup lama.

Adat istiadat " Bepallam " ini adalah adat yang di lakukan oleh orang yang akan melaksanakan acara pernikahan, baik oleh calon pengantin pria maupun wanita. Adat " Bepallam " ini di lakukan tiga hari atau lebih sebelum hari H nya acara pernikahan, biasanya calon pengantin ini di larang keluar dari rumah atau bepergian. Selain di larang keluar rumah selama 3 hari atau lebih, calon pengantin itu baik pria mau pun wanita di beri "Kasai ". Kasai adalah sejenis lulur yang terbuat dari beras yang kemudian di haluskan dan di beri " Gambir " ( sejenis rempah ), kasai tersebut di lulurkan keseluruh tubuh si calon pengantin tersebut selama 3 hari. Selama "bepallam " calon harus berpantang yaitu keluar dari rumah. Adapun inti dari " Bepallam " tersebut di kaitkan dengan hal - hal yang magis, misalkan agar nantinya pernikahan itu langgeng tapi secara ilmiah "Bepallam " suatu adat yang bertujuan agar kulit sang calon pengantin menjadi bersih, mulus dan tidak terkena matahari dan salah satu nya agar kulit calon pengantin itu mulus adalah dengan ber "kasai " atau luluran.
Setelah be"pallam " biasanya calon pengantin itu juga akan menjalani ritual "Betangas " yang akan di bahas pada postingan selanjutnya.

Bepallam ini merupakan adat istiadat yang dijalan kan oleh masyarakat melayu Sambas,sementara "Bepallam " biasanya ada yang mengurus atau membantu calon pengantin itu untuk luluran, biasanya orang yang di pilih adalah kerabat atau teman dekat yang juga di pilih sebagai "pengasuh " atau pagar ayu nya calon pengantin saat acara pernikahan nya nanti.


Salam Blogger!



Kabupaten Sambas memiliki banyak adat istiadat yang unik mulai dari sebelum pernikahan,acara pernikahan, mengandung, melahirkan dan sebagainya. Saat acara pernikahan, Buang Minyak ( Mengandung , Tepung Tawar ( acara sesudah melahirkan ), dan acara - acara lain nya termasuk Sya'ban tak lepas dari yang namanya " Antar Pakatan ". Antar Pakatan berasal dari kata Antar : yang artinya ''membawa atau menghantarkan'', sementara Pakatan itu artinya Sepakat, setuju atau mufakat. Antar Pakatan adalah suatu adat istiadat dimana seorang atau satu keluarga yang di undang kerumah yang empunya acara harus membawa beras, uang, dan seekor ayam. Tamu yang di undang tersebut membawa beras sekitar satu kilo yang di masukan kedalam baskom atau ember kecil yang ada penutupnya. Kemudian ketika akan bersalaman dengan yang empunya acara, beras tersebut diberikan kepada yang punya acara, saat salaman biasanya uang sekitar dua ribu atau lebih diberikan saat tangan bersalaman itu. Beras serta uang itu biasanya dibawa tamu ketika menghadiri acara - acara yang berskala kecil artinya acaranya tidak terlalu meriah seperti acara sya'banan atau syukuran. Sementara acara Antar Uang atau Antar Pinang, Pernikahan, Buang Minyak, serta Tepung Tawar dan Sunatan biasanya selain beras dan uang, para tamu itu membawa seekor Ayam, nah itulah yang di sebut Antar Pakatan. Biasanya yang membawa Pakatan itu adalah tamu yang diundang atau di minta hadir pada sang empunya acara itu. Sebagai contoh Si A akan mengadakan acara pernikahan anaknya, maka ia mengundang atau mengajak si B untuk hadir besok atau beberapa hari yang akan datang untuk menghadiri acara pernikhanan anaknya, ia mengundang Si B beserta keluarganya yang berada di rumah tersebut, maka si B yang akan menghadiri acara pernikahan anak Si A, harus membawa satu ekor ayam yang masih hidup beserta beras, itulah yang namanya Antar Pakatan. Jika Si A mengajak atau mengundang Si C pada hari besar atau hari terakhir pesta pernikahan dan si C cuma di undang sendirian saja atau pihak laki - laki dari keluarga si C ( Suami atau Ketua Keluarga ) maka si C yang hadir ke pesta pernikahan si A tidak membawa apa - apa seperti layak nya si B. Acara pernikahan, Tepung Tawar, Sunatan, Antar Pinang, itu biasanya selama tiga hari, yaitu hari buat bumbu, hari motong, dan terakhir hari pupus. Nah untuk antar pakatan sendiri dilakukan pada hari kedua, yaitu yang disebut 'Hari Motong'' karena pada saat itulah terjadi penyembelihan ayam hasil antar pakatan yang akan digunakan untuk menjamu para tamu pada hari ketiga. Adat istiadat antar pakatan ini sudah berlansung lama dan sampai sekarang masih tetap tumbuh dan berlaku terus menerus di kabupaten Sambas.

Salam Blogger!

Radat Koko adalah tari bela diri yang diciptakan pada tahun 1917 oleh H. Suni Bin Harun. Yang kemudian di lestarikan oleh penerusnya Bahri Bin Jarni yang kemudian mendirikan perkumpulan seni tari Raddat serupa di Desa Sekuduk kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas.

Awal nya Radat Koko ini merupakan acara agar masyarakat dapat berkumpul karena pada masa penjajahan kolonial Belanda masyarakat di larang berkumpul atau mendirikan perkumpulan. Tarian Raddat ini biasanya di iringi dengan lagu serta detakan Rebana atau masyarakat sebut " Tahar " yang terbuat dari kulit Sapi atau Kambing. Biasanya Raddat ini di pertunjukan ketika menyambut tamu, sementara untuk acara pernikahan sudah jarang bahkan sudah tidak pernah lagi di pertunjukan. Terakhir kali penulis melihat Raddat di pertunjukan di desanya adalah pada Tahun 2010 bertepatan dengan acara 17 Agustus. Dan lagu yang di nyanyikan untuk mengiringi tarian Raddat ini adalah lagu melayu. Lagu lama yang hanya orang - orang tua yang hapal lirik nya Salah satu lirik nya adalah :

" Lancang kuning.. Lancang kuning belayar Malam... "


Sementara Tanjidor adalah perkumpulan musik yang mempunyai misi yang sama dengan tarian Radat. Tanjidor adalah sebuah perkumpulan musik yang sekarang ini biasanya di gunakan jasanya untuk menghibur warga dalam sebuah acara perkawinan atau sunatan. Sekarang ini hampir semua di kecamatan di Kabupaten Sambas memiliki grup musik Tanjidor. Dan lagu yang di mainkan biasanya juga uptodate, artinya lagu nya mengikuti zaman lah yang mereka mainkan.

Di bawah ini ada video tentang pesta pernikahan dengan musik Tanjidor :)




Maaf bila ada kata - kata yang salah, bila ada kata yang tidak berkenan, mohon di maafkan, oke cuy?
Sekian dan Terima Kasih.
Wassalam
Tertanda Eel Pecidasase


Salam Blogger

.......................................