Ketika masih kecil kita sering di Tanya oleh orang yang lebih tua dari kita” bila udah besar mau menjadi apa?begitulah sebuah pertanyaan di lontarkan kepada kita,dan dengan enteng nya kita menjawab”mau menjadi guru” atau dengan jawaban yang hanya terlontar dari lidah yang tidak mengandung arti sebenarnya.seiring dengan waktu yang terus berputar,impian dan cita-cita kita berubah.yang mula nya ingin menjadi guru berubah ingin menjadi direktur di sebuah perusahaan ternama atau semacam nya.”Menjadi penting itu baik,tetapi menjadi baik itu lebih penting”(buku zero to hero karya Solikhin Abu Izzudin),kita memang di tuntut untuk menjadi lebih baik oleh diri pribadi,bukan orang lain yang menuntut perbaikan diri kita melainkan diri kita sendiri,dan manfaatnya tentunya kita yang nikmati.Akan tetapi karena ingin menjadi lebih baik,kita melupakan hakikat tujuan menjadi lebih baik itu sendiri.baik disini bukan hanya menyangkut pada kepribadian saja tetapi mencakup lingkungan aspek pribadi kita(universal.) Kadang orang ingin menjadi orang penting,rela melepas sisi baik yang ada pada dirinya,rela berkhianat demi apa yang di inginkan nya.akan tetapi bukan kah menjadi baik itu lebih penting seperti kata Solikhin Abu izzudin? Jawaban nya tertanam di diri kita semua,karna hanya kita yang mengetahui apa yang ada dalam diri kita sendiri,juga bukan orang lain,pahamilah hakikat diri kita sendiri,orang hanya menilai kita melalui apa yang di amati nya,hanya kita sendiri yang mengetahui nilai kita.”jika anda mengetahui nilai anda niscaya anda tidak akan terpengaruh dengan ucapan orang lain” (Ibnu Qayyim) Baca juga Di Sini

Ketika berumur belasan tahun,kita ingin menjadi seperti orang-orang yang kita lihat di telivisi,di majalah,dan sebagainya,tanpa kita sadari,hal itu sediktit demi sedikit membawa dan mengikis diri kita yang sebenarnya atau lebih tepat nya jati diri kita sendiri.banyak remaja kini karena mengidolakan selebritis nya,rela meniru gaya artis tersebut,mulai dari tata cara berpakaian nya,logat bicaranya,pergaulan nya,bahkan mereka rela melupakan jati diri mereka sendiri demi idolanya sendiri,ini bukanlah salah si “idola”tersebut,tetapi hakikat nya kita lah yang terlalu berlebihan,hingga lupa pada batasan diri.Semua orang tentunya ingin mnejadi idola orang lain,tapi bukan kah menjadi idola diri sendiri lebih penting?
Kita kadang lebih terbawa persepsi kita sendiri dengan persepsi masing-masing,kita menafsirkan apa yang kita lihat juga pas untuk kita but its our life,kita punya hidup sendiri,kita tentukan hidup kita sendiri,apakah dengan menjadi orang lain kita akan terlihat sempurna? Apakah orang lain yang menentukan apa yang akan kita pilih?kalau jawaban nya tidak,kenapa tidak menjadi diri yang sebenarnya saja? Semua orang punya potensi diri masing-masing, dan potensi itu tersembunyi jauh di dasar kepribadian kita,ia terbunuh dan terkubur oleh karakter orang lain yang kita jiplak sendiri kemudian kita semai di dalam diri kita sendiri.Anda adalah Apa yang Anda Pikirkan Mengenai diri Anda”(The Magic of Thinking Big: David J.schwartz) cermatilah kata tersebut,dan biarkan ia masuk kecelah-celah pikiran kita.
Melupakan jati diri sendiri dan menukar nya kepada karakter orang lain di karenakan minim nya akan kepercayaan diri yang di miliki,kepercayaan diri harus di kembangkan dengan de kembangkan nya kepercayaan diri,potensi diri kita sedikit demi sedikit akan muncul dan bersinar siap member efek positif kepada orang banyak.

“kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang.karena itu keunggulan bukanlah suatu perbuatan,melainakan kebiasaan”(Aristole),dari kata tersebut yang paling di tekankan adalah “karakter”.
“karakter” menurut Steven R.Covey penulis buku 7 Habits of Highly Effective People,”
Karakter kita pada dasar nya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita,sedangkan Kebiasaan adalah factor yang kuat dalam hidup kita.karena konsisten dan sering merupakan pola yang tak disadari,maka kebiasaan secara terus-menerus,setiap hari,mengekpresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita atau ketidakefektivan kita”.gabungan-gabungan itu lah yang lama-kelamaan menjadi karakter kita,kebiasaan yang mengikut karakter orang lain sehingga karakter asli kita terkikis.semua pilihan terletak di tangan kita masing-masing,apakah senang hidup dalam karakter orang lain yang notabane adalah sebuah kemunafikan atau hidup dengan karakter diri sendiri yang mempunyai keunggulan yang tersembunyi.”hal-hal yang paling penting tidak pernah boleh berada di bawah kekuasaan hal-hal yang paling tidak penting”(Goethe).menampilkan keunggulan karakter kita atau menyembunyikan nya melalui jiplakan.manakah yang lebih penting terletak pada individu masing-masing.


Share on :

4 Responses to Menjadi Diri Sendiri

  1. be yourself, and don't forget to keep upgrading yourself :)

     
  2. yuupppp....thank you for ur advice..^_^
    never give up...lol

     
  3. hhhmm, kalo saya waktu kecil bilang >> pgn jadi pegawai bank..
    udah gede, time to realize my dream, to be an officer in a bank, ho3, ttp kok gan, never change..

    tergantung pola pikir kalo menurut saya. selama itu nggak "meniru", pasti akan tertanam kuat dalam diri dan sudah menjadi harga mati sampe besar nanti..

    siPP, bentuk karakter sejak dini, just be your self!! ^^v

     
  4. sippppp......Menjadi Diri Sendiri dengan Karakter tersendiri.........

     
.......................................