Banyak pertanyaan yang muncul di benak saat mulai memasuki masa. Apa yang akan dilakukan setelah masa tua nanti? Bagaimana dengan dana di masa tua nanti?

Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak terlalu khawatir tentang dana di masa tua, pasalnya dana pensiun memang berlaku untuk mereka, nah bagaimana dengan pegawai swasta? Tentu hal itu menjadi momok yang menakutkan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan cepat dan tepat untuk menghadapi masa tua nanti. Menabung adalah solusi dari momok yang menakutkan tersebut.

Menabung merupakan suatu tindakan perencanaan keuangan untuk masa depan. Dengan menabung, setiap orang telah menyiapkan dana yang akan digunakan pada masa tua nanti.

Menabung dapat dilakukan sejak usia kita masih muda. Kita dapat mengambil contoh usia 17 tahun misalnya (usia untuk memperoleh kartu identitas) sudah mulai menabung dengan rutin perbulannya menabung sebesar Rp. 100.000 dan akan pensiun misalnya pada usia 60 tahun. Sehingga tabungan Rp. 100.000 perbulannya selama 43 tahun akan menjadi dana masa tua dengan nilai Rp. 51.600.000.  Nah bagaimana jika tiap bulannya menabung senilai Rp. 500.000, Rp. 1.000.000 atau dengan jumlah besar lainnya?  Tentu dana yang akan diterima di masa tua nanti juga akan besar. Jumlah tersebut belum seberapa nilainya jika belum dijumlahkan dengan dana pensiun yang anda dapatkan dari pemerintah (untuk PNS). Sehingga dengan demikian, anda tidak perlu khawatir akan menjalani masa tua anda.

Melihat kisaran nilai dari tabungan sejak usia muda tersebut, sudah selayaknya menabung itu digalakan untuk dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Hal itu mengingat betapa pentingnya dampak menabung untuk masa tua anda. Semakin awal dan rutin anda menabung, maka semakin besar pula hasilnya yang akan diambil nantinya.

Dalam menabung tentu memiliki masalah tersendiri yaitu “kebutuhan mendesak”. Untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan pula “tabungan rumah” yaitu dana yang disisihkan diluar tabungan bank untuk persiapan kebutuhan mendesak. Di sini saya mengambil contoh gaji perbulan yang diterima sebesar Rp. 2. 500.000 (untuk single). Kebutuhan hidup perbulanya sebesar Rp. 1.500.000, sisanya Rp. 1.000.000 yang di bagi menjadi dua satu untuk disimpan di bank  sebesar Rp. 700.000 dan Rp. 300.000 untuk disimpan sebagai kebutuhan mendesak. Meskipun demikian, nilai tersebut dapat diubah sesuai dengan pendapatan, pengeluaran, penghematan yang anda lakukan.

Dengan menabung maka anda sudah bertindak cepat dan tepat untuk membantu diri anda dalam menghadapi masa tua anda nanti. Sehingga tidak perlu ragu lagi kan untuk memulai menabung?


link : http://bit.ly/BNI_Simponi


perang saudara di amerika
Menginginkan Perang, Rasa Nasionalisme kah? Ketika kebudayaan Indonesia diakui oleh negara tetangga Malaysia, banyak pihak yang merasa marah terhadap Malaysia. Sebagain pihak ada pula yang kecewa dengan pemerintah yang saat itu masih adem-adem saja menghadapi sikap negara tetangganya. Bahkan ada pula yang menginginkan terjadinya perang atas dasar rasa “nasionalisme’’. Sekilas jika kita pikir tentu wajar-wajar saja jika rakyat menginginkan perang, karena merasa sebagai rakyat, sangat marah ketika negaranya terlihat “cengeng dan pengecut’’ menghadapi sikap negara lain.

Ketika isu penyadapan yang dilakukan pihak Australia terhadap pemerintah Indonesia, konflik dan ketegangan pun terjadi. Lagi dan lagi, ada sebagian yang menginginkan perang. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah menginginkan perang itu merupakan sebuah rasa nasionalisme….?

Jika kita pikir lebih jauh, tentu perang bukanlah hal yang hanya melibatkan dua pihak yaitu pemerintah yang merasa benar, dan pihak yang dianggap salah. Perang bukanlah duel diantara pemimpin A dengan pemimpin B, bukan pula tentara A dengan tentara B, melainkan duel antara dua negara yang di dalamnya semua elemen ikut terlibat terutama rakyatnya.

Jika perang terjadi, penulis teringin sangat tahu apakah mereka yang menginginkan perang siap untuk menghadapi segala kehancuran, kehilangan orang-orang tersayang? Kehilangan harta dan kenangan indah? Siapkah kehilangan orang tua, adik-kakak, suami-istri, teman, rekan kerja, , sekolah, kantor, dan semuanya?

Banyak pihak yang mengatakan pemerintah negeri ini pengecut, tidak tegas dan antek karena tidak mengeluarkan tindakan tegas yang dalam hal itu adalah “perang’’. Jika diteliti lebih jauh, kita akan memahami bahwa menjaga rakyatnya tetap selamat, hidup dan terhindar dari marabahaya dan menghindari kehancuran negeri ini merupakan tujuan dari sifat pengecut yang telah dilontarkan oleh para manusia “penggila perang’’.

Rasa nasionalisme kah itu….?
Jika perang merupakan rasa nasionalisme, seharusnya tiap diri manusia-manusia penggila perang itu bertanya “Sudahkah aku berperang dengan diriku sendiri?”, “Sudahkan aku berperang dengan pemerintahku sendiri?”, “Sudahkah aku berperang dengan orang-orang ku sendiri…?” Ya yang menjajah negara ini, yang mempermalukan negeri ini adalah diri kita sendiri, baik itu rakyatnya sendiri, maupun pemerintahnya sendiri…..

Membenci dan mengatakan pengecut, tetapi apakah selama kita sudah berani membela kebenaran yang terjadi di depan mata?
Membenci para koruptor, tetapi apakah selama ini kita benar-benar bersih dari yang namanya korupsi waktu? Pengambilan hak orang lain?

Jika manusia-manusia penggila perang menginginkan terjadinya perang, sebaiknya perangilah dulu dirimu sendiri………………..

Hidup ini tidak lepas dari kejadian yang menyenangkan atau menyedihkan. Kejadian tersebut selalu dialami oleh mahluk yang bernama manusia. Kejadian yang menyenangkan tentu sangat disyukuri dan diharapkan terjadi berulang-ulang, namun sebaliknya kejadian yang menyedihkan terkadang dianggap sebagai bentuk “tidak-sayangNya Tuhan terhadap umatNya”. Jarang sekali yang menyadari bahwa kejadian menyedihkan itu ternyata merupakan “kejadian menyenangkan” di masa mendatang.

Kejadian tersebut bisa kita sebut sebagai hikmah. Tentu kita tidak bisa melihatnya saat ini, meskipun demikian, kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah SWT yang selalu menyimpan hikmah bagi umatNya, karena apa yang kita anggap buruk belum tentu buruk bagi kita, dan apa yang kita anggap baik belum tentu pula baik untuk kita karena Allah lebih mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk untuk umatNya.

Mungkin anda pernah mengalami kegagalan atau kejadian yang mengecewakan. Perasaan sedih, dan kecewa, menyelimuti hati. Namun tanpa disadari bahwa kejadian tersebut seharusnya disyukuri karena di masa mendatang anugrah yang begitu besar telah dipersiapkan oleh Allah sebagai pengganti rasa sedih dan kecewa tersebut. Mungkin satu atau dua tahun atau kurang bahkan lebih dari itu, baru anugrah tersebut kita rasakan. Saat mulai melupakan kekecewaan dan kesedihan ternyata tiba-tiba muncul anugrah sebagai hikmah dari kejadian sebelumnya.

Di sini saya ambil sebuah contoh pribadi saya. Dulu saya pernah berniat untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri yang terkenal di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Seleksi Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) pun saya ikuti, namun malangnya, kesempatan untuk mengenyam bangku kuliah di perguruan tinggi favorit tersebut kandas dengan persaingan yang ketat. Saat itu yang dirasakan sedih, malu, karena rata-rata teman dari kampung memang kuliah di PTN tersebut. Akhirnya demi mengenyam bangku kuliah, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pun menjadi pilihan. Selang satu tahun kuliah di PTS, saya pun kembali mencoba ikut SMPTN di PTN favorit tersebut, dan lagi-lagi hasilnya saya gagal. Setelah tiga tahun setelah kuliah dan bekerja (1 tahun), Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang menunjukan hikmah dari kejadian yang saya alami pada tiga tahun lalu. Saya melanjutkan pendidikan S1 di PTS di Kota Bandung. Tentu jika saya lihat ke belakang, saya tidak akan menyangka bisa berada di Kota Kembang ini. Saya pun berandai-andai jika dulu saya diterima di PTN favorit tersebut, tentu saya tidak akan berada di Kota Bandung ini. Alhamdulillah, Allah Adil, Maha Berkehendak.

Melihat dari cerita saya di atas, setiap kejadian yang kita alami baik itu senang atau sedih, masih memiliki hikmah dan nikmat yang telah Allah persiapkan. Hanya terkadang kita sebagai manusia luput untuk melihat semua itu. Oleh karena itu marilah kita untuk selalu berbaik sangka kepada Allah….

Kondisi perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Satu diantaranya adalah Amerika Serikat. Negara Amerika Serikat dengan sistem ekonominya yang liberal mampu membangun negaranya menjadi satu negara yang maju di berbagai bidang, termasuk perekonomiannya. Dengan kemajuan tersebut, Amerika Serikat menjadi kiblat ekonomi negara berkembang. Tidak hanya negara berkembang bahkan seluruh negara di dunia ini mengacu pada ekonomi Amerika Serikat. Tidak heran ketika negara adi daya tersebut mengalami masalah ekonomi, maka negara-negara di dunia termasuk Indonesia ikut merasakan dampaknya seperti yang terjadi pada saat ini yaitu melemahnya nilai tukar rupiah hingga mencapai angka Rp. 12.000 per dollarnya.

Jika Indonesia masih terus berkiblat pada sistem ekonomi Amerika Serikat, tentu hal tersebut akan berdampak fatal di masa mendatang. Oleh karena itu, Indonesa perlu mengubah arah kiblat ekonominya yaitu dengan cara beralih ke sistem ekonomi syariah. Hal itu dipandang perlu dilakukan guna membebaskan Indonesia dari cengkaraman Amerik Serikat yang telah menjajah ekonomi Indonesia. Mengapa harus sistem ekonomi syariah? Baiklah berikut ini akan di bahas keuntungan sistem ekonomi syariah sebagai jawaban atas pertanyaan di atas.

Menurut Khamami seorang Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang, di dalam jurnalnya yang berjudul Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012, mendefinisikan Ekomi Syariah sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

Mengapa harus sistem ekonomi syariah? 
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme, sosialis atau komunis. Di dalam sistem ekonomi syariah ini, semuanya di atur dan dijalankan sesuai syari’i yang memiliki tujuan untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi ini menekankan empat sifat diantaranya adalah Kesatuan (unity), Keseimbangan (equilibrium), Kebebasan (free will), dan Tanggungjawab (responsibility). Ke empat sifat tersebut dapat digunakan seluas-luasnya oleh pelaku usaha di Indonesia dengan berpedoman pada kehidupan ekonomi syariah yaitu setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang sejenisnya yang tergolong dalam aktivitas-aktivitas non riil. Sehingga dengan demikian transaksi yang dilakukan bersifat jelas, transparan dan bermanfaat. Sehingga transaksi tersebut menguntungkan antara kedua belah pihak.

Di dalam ekonomi Islam, uang di pandang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan atau komiditas yang diperjual belikan. Hal itu itu dipandang perlu karena konsep uang yang diaplikasikan sebagai barang tukar dapat merusak kestabilan moneter sebuah negara. Hal tersebut sangat berbeda dengan Ekonomi Konvensional yang menjadikan uang sebagai suatu komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih benyak diperdagangkan daripada difungsikan sebagai alat tukar dalam perdagangan.

 Lalu alat tukar seperti apa yang disarankan pada setiap transaksi di dalam ekonomi islam? Jawabannya adalah emas dan perak. Di dalam ekonomi syariah, Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal yang tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara riil dengan zat uang tersebut. Sehingga dengan demikian, tidak ada keraguan lagi untuk menerapkan ekonomi syariah di negeri ini demi kemajuan umat.

.......................................