Anda mungkin pernah mengalami kejadian saat akan membeli makanan yang biasanya dibeli dengan harga yang terjangkau, namun tiba-tiba harga makanan tersebut mengalami kenaikan harga 2 hingga 5 kali lipat dari harga biasanya. Tentu kejadian tersebut sangat menyebalkan bukan?
Pada umumnya suatu barang mengalami kenaikan harga karena berbagai faktor diantaranya biaya produksi yang tinggi, biaya pengiriman barang, ketersediaan barang, hari-hari besar, faktor cuaca dan ulah pedagang nakal. Untuk faktor-faktor tersebut ada satu faktor yang tidak bisa ditoleransi yaitu ulah pedagang nakal. Pasalnya ia sangat merugikan para pembeli.
Mungkin “kesempatan itu tidak datang dua kali” menjadi pedoman sebagian pedagang nakal untuk menggaet keuntungan yang sebesar-besarnya. Biasanya pedagang seperti ini marak di hari-hari besar dengan berbagai dalih, dan terdapat juga di kota-kota besar yang banyak kedatangan wisatawan.
Saya pernah mengalami kejadian yang dituliskan di atas. Pada malam Sabtu kemarin, saya sama teman saya teringin menikmati siomay dan batagor. Kebetulan saya asli Kalbar dan berdomisili di Bandung hampir 2 tahun (belum bisa berbahasa sunda). Biasanya membeli siomay atau juga batagor di dekat kosan, karena malam itu yang jualan siomay dekat kosan lagi tidak jualan, kami pun meluncur ke depan (pinggir jalan raya Cihampelas). Nah jalan Cihampelas ini merupakan pusatnya celana jeans di Kota Bandung, maka tak heran banyak wisatawan di daerah sini.
Saat nemu gerobak pedagang siomay dan batagor, teman saya langsung minta bungkusin tanpa menanyakan harga terlebih dahulu. Alhasil saat akan membayarnya, ternyata harganya sangat mahal yaitu Rp. 15.000 per porsinya. Biasanya untuk satu porsi bisa di beli dengan harga Rp. 4.000 atau Rp. 5.000. Dari kejadian itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pedagang tersebut mengambil kesempatan karena mengira kalau kami ini adalah pendatang, sehingga si pedagang menaikan harga berlipat-lipat. Padahal teman saya waktu itu berbahasa sunda ketika berbicara dengan pedagang itu.
Kejadian menyebalkan itu tidak cukup sampai di situ, saat akan menikmati siomay dan batagor itu, ternyata porsinya lebih sedikit dari yang harga Rp.5.000. Tidak ada kentang, dan tidak ada kubisnya. Hanya dari segi bumbunya yaitu kacang tanahnya lebih banyak dan kental dari yang harga Rp. 5.000. Kotak dan sendok makannnya yang terbuat dari plastic mungkin juga menjadi faktor mahalnya harga siomay tersebut.
Nah bolehkah kejadian tersebut dikategorikan ulah pedagang nakal atau ketidakberuntungan pembeli seperti kami ini?
Pedagang biasanya akan menetapkan harga sekian dan akan menaikannya sekian terhadap pembeli. Biasanya harga tersebut tidak terlalu mahal, sebagai contoh untuk pedagang nasi goreng biasanya per bungkusnya Rp. 9.000 untuk pembeli yang menetap di kota tersebut dan Rp. 10.000 atau Rp. 11.000 untuk wisatawan. Tentu perbedaan harga tersebut tidak terlalu mencolok dan masih bisa ditoleransi, berbeda dengan pedagang siomay tadi. Namun itulah yang namanya pedagang, mencari keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu pembeli harus hati-hati ketika akan membeli suatu barang atau makanan.
Agar tidak terjebak dengan ulah pedagang yang seenaknya menaikan harga, beberapa hal yang perlu dilakukan diantarnya:
Cari informasi terkait harga barang yang akan di beli. Informasi tersebut bisa dari internet atau kenalan anda
Tanyakan harga barang tersebut sebelum membelinya.
Lakukan tawar menawar dengan pedagang (jika memungkinkan)
Bayar dengan uang pas, jika ada kembalian mintalah kembaliannya dengan uang yang bagus.
.......................................
Lumayan sering keknya, Bang.. Tapi kalo dirayu-rayu sikit pasti luluh dia. Heheh..
hehe iya nih.. kl cewek sih jago merayu luluh tuh pedagang, kl cowok mana bisa merayu. masa mau merayu pedagang cowok haha