Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

 

Assalamu'alaikum bapak Prabowo Subianto dan bapak Hatta Rajasa. Semoga bapak sekalian selalu dalam lindungan dan naungan Allah SWT.


Ini merupakan surat pertama saya untuk bapak berdua. Ini bukan surat terbuka atau juga surat cinta, ini hanyalah surat berisi ungkapan hati yang tak bisa bicara. Saat ini Indonesia sedang berada dalam kondisi yang hiruk pikuk tentang siapa pemimpin negeri ini, tentunya masing-masing pihak mengharapkan capres idola merekalah yang menang, termasuk saya ini. Meskipun demikian ya pak, kita juga harus berlapang dada untuk menerima hasil akhir nantinya. 


Di dalam surat ini, saya bukan ingin menyampaikan soal itu pak! Saya ingin menyampaikan bahwa saya sangat mengagumi bapak berdua dan teringin sangat bahwa bapaklah yang memimpin negeri ini. Saya kagum dengan sikap bapak Prabowo yang mampu menahan diri saat disuguhkan berbagai berita negatif. Saya salut dengan sikap sabar bapak saat berbondong-bondong manusia yang malas membaca dan menganlisa seenaknya mengatakan bapak Prabowo seorang "Pembunuh, penculik, pelanggar ham". Saya salut saat bapak bilang "Kita boleh semangat, kita boleh yakin, tapi tidak dengan menjelek-jelekan orang lain". Bapak pernah bilang itu ke pendukung bapak kan?

Saya memang tidak dapat memahami apa yang bapak rasakan saat dikatakan "Seorang pembunuh" saya juga tidak dapat merasakan apa yang anak bapak rasakan saat bapaknya di tuduh sebagai seorang "Pembunuh dan pelanggar ham". Dan bapak tau apa yang saya pahami? Ya seorang bapak Prabowo adalah seorang manusia yang kuat, seorang bapak yang penyabar. Boleh saya bilang pak? Sikap bapak inilah yang harus dimiliki pemimpin ini..

Ketika terjadi suatu tindakan anarkisnya pendukung dari kubu sebelah saat dituduh dengan kata-kata negatif, sang idola mengatakan "Jangan salahkan pendukung". Oh sebuah kalimat yang sebetulnya boleh saya bilang "Tidak cerdas". Dari kalimat tersebut saya bisa membandingkan mana sosok yang bersabar saat diterpa isu negatif dan mana yang tidak. Ah saya tidak bermaksud menjelek-jelekan ya, tapi itulah apa yang menurut pandangan saya, seorang anak pelosok Kalimantan Barat.

Dulu saya menempuh pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi di Kalbar, saat itu saya tidak mengenal namanya Prabowo Subianto, tapi tidak untuk pak Hatta Rajasa. Saya sempat bertemu dengan bapak Hatta Rajasa sekaligus ikut nimbrung dengan rekan-rekan wawancarai beliau. Tapi saya juga tidak kenal persis dengan bapak Hatta ini...

Kemudian pada tahun 2012 lalu saya melanjutkan pendidikan S1 di Kota Bandung. Saat itulah saya mulai mengenal nama Prabowo Subianto. Dan harus bapak ketahui bahwa waktu itu yang saya kenal Prabowo Subianto adalah seorang "Pelanggar HAM" pelaku penculikan mahasiswa saat kerusuhan 98. Ya itulah yang pertama kali saya kenal tentang bapak, dan dari siapa saya tahu hal tersebut? Dari dosen saya pak! Bayangkan seorang dosen mengatakan demikian! Lantas bagaimana saya menanggapinya? Tentu saya percaya pak! Dan waktu itu saya termasuk manusia yang malas membaca dan menganalisa. 

Kemudian saya tanpa mencari tahu lebih jauh, langsung menjudge bapak. Tak hanya itu saya juga menulis status di facebook saya bahwa bapak Prabowo Subianto merupakan dalang di balik kerusuhan 98. Astafirullah al azhim, maafkan saya pak.. 

Alhamdulillah pak, status tersebut mendapatkan komentar dari seorang teman, dia mengatakan "Jangan sembarangan menulis jika tidak tahu kejadian sebenarnya". Komentar tersebut menggerakan hati saya untuk mencari tahu lebih jauh tentang bapak. Rasanya sangat berdosa, dan malu jikalau mengatakan seseorang begini tanpa mencari tahu hal sebenarnya.

Setelah membaca dan menganlisa dari banyak referensi, saya menyimpulkan bahwa Bapak Prabowo BUKAN pelaku, pelanggar ham atau dalang kerusuhan 98. Bapak hanya dikambingkan hitamkan oleh seseorang yang ingin lepas dari tanggungjawabnya. Dan bapak tahu kan? Orang tersebut ternyata kembali menyerang bapak dan melimpahkan kesalahannya kepada bapak. Dan apa yang bapak lakukan ketika dikambinghitamkan? Bapak hanya diam, tidak membela diri. 

Terkadang saya geram sekali dengan bapak, kenapa bapak harus sediam itu? Sampai kapan bapak harus bersabar dengan tudingan-tudingan yang tidak terbukti itu? Mungkin itulah sifat penyabar bapak ya dan jujur saya salut dengan bapak...

Oh ya pak perlu saya tegaskan kembali, bahwa waktu saya mengenal bapak itu ketika bapak masih belum mencalonkan diri sebagai capres.

Beberapa waktu lalu saya sempat melihat foto bapak yang berkunjung ke rumah masyarakat, dan bapak pasti tahu kan bahwa waktu itu bukalah waktu dimana bapak mencalonkan diri sebagai presiden, bukan pak! 

Bapak juga masih ingat dengan anak-anak papua yang berkat ketulusan bapak mereka bisa menjadi anak yang pandai lagi cerdas. Dan bapak pasti ingat juga bahwa itu bukan waktu dimana bapak mencalonkan diri sebagai presiden.. Ah seandainya mereka-mereka yang buta hati, mata dan pikiran ini bisa melihat sebutir berlian yang tersimpan diantara butiran pasir sedang di fitnah, diberitakan berbagai berita miring, sebenarnya bukan seorang yang gemar pencitraan lagi kepura-puraan. Bapak yang satu ini tulus apa adanya, penyabar dan tetap diam walaupun dihujani berbagai cemohan dan cacian...

Bapak Prabowo yang saya kagumi, saya berharap bapaklah yang menjadi pemimpin negeri ini. Saya sangat berharap bapak yang memiliki sikap dan sifat seorang negarawanlah yang dulu berdiri sebagai pembela negara menjadi presiden Indonesia yang disegani rakyatnya dan negara asing... Saya selalu berdo'a agar bapak yang memimpin kami, membawa arti perubahan yang sebenarnya.......

Atas nama Allah SWT surat ini saya buat dengan sebenarnya, tulus dari hati seorang anak pelosok yang menginginkan perubahan pada negeri ini...


-eL-

.......................................